Logo

Desa Lakahang Utama

Kabupaten Mamasa

Home

Profil Desa

Infografis

Listing

IDM

Berita

Belanja

PPID

Menyoal Tanaman Nilam di Tabulahan

Invalid Date

Ditulis oleh Administrator

Dilihat 24.811 kali

Para petani di Kecamatan Tabulahan mulai beralih atau menambah usaha pertanian ke komoditas nilam. Tanaman dengan nama latin Pogostemon cablin Benth. adalah tanaman semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan sama (minyak nilam). Tanaman ini umum dimanfaatkan bagian daunnya untuk diekstrak minyaknya, dan diolah menjadi parfum, bahan dupa, minyak atsiri, antiserangga, dan digunakan pada industri kosmetik.
Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa Tamil patchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun). Aroma minyak nilam dikenal 'berat' dan 'kuat' dan telah berabad-abad digunakan sebagai wangi-wangian (parfum) dan bahan dupa atau setanggi pada tradisi timur. Harga jual minyak nilam termasuk yang tertinggi apabila dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya.
Tanaman ini cukup populer khususnya di Tabulahan beberapa tahun terakhir. Ada yang sudah panen berkali-kali dengan harga yang masih tinggi, ada pula yang baru menanam, mungkin tidak cepat percaya kalau hasilnya lumayan bisa menambah pendapatan. Setidaknya menurut Toni Jois, salah satu tokoh masyarakat di Desa Burana, sudah ada sekitar 17 alat penyulingan yang melayani di 14 desa di Kecamatan Tabulahan.
Sebaran alat penyulingan yang cukup banyak ini menggambarkan bahwa saat ini petani nilam di Tabulahan memang cukup banyak. Tidak segan para petani membabat tanaman kopi atau kakao untuk digantikan dengan tanaman nilam. Bahkan, menurut pengamatan penulis ada beberapa lokasi lahan sawah dialihkan sebagian untuk ditanami nilam. Cocok untuk hampir semua jenis tanah
Penghasilan dari Nilam
Berdasarkan informasi dari petani di Lakahang, tanaman nilam bisa menghasilkan Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per hektar sekali panen. Hitungan kasarnya, dalam 1 hektar bisa mencapai 10 ribu hingga 15 ribu pohon nilam. Jika asumsinya umur nilam sama (di atas 6 bulan) maka bisa menghasilkan 25 karung atau 2.500 kg.
Jika nilam 1 karung bisa menghasilkan minyak hasil sulingan sebesar 1 kg, maka potensi yang bisa dihasilkan adalah Rp 12,5 juta dengan rata-rata harga minyak nilam per kg mencapai Rp 500 ribu. Harganya kadang menyentuh Rp 600 ribu. Meskipun saat ini menurut petani harganya turun drastis hingga ke angka Rp 450 ribu per kg. “Sangat tergantung dari kualitas minyak yang dihasilkan,” kata Pak Gustan.
Ada pun pengeluarannya adalah biaya penyulingan. Saat ini alat penyulingan di Tabulahan didominasi dimiliki oleh perusahaan yang mengumpulkan hasil nilam. Mereka yang memasarkan hingga ke luar negeri. Asalnya dari Makassar. Biaya pengadaan alat penyulingan sendiri cukup mahal mencapai Rp 20 juta. Ditambah pengeluaran untuk kayu yang bisa mencapai Rp 500 ribu sekali menyuling.
Kayu yang dipakai kualitas bagus “kayu keras”, menurut petani jenis kayu sangat memengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Ditambah api harus terus menyala selama 12 jam nonstop jika mau menghasilkan kualitas minyak terbaik.
Kekhawatiran
Sejak mulai digeluti oleh masyarakat 2 atau 3 tahun lalu, ada kekhawatiran yang disampaikan sejumlah pihak. Saat ini belum ada alat alternatif untuk melakukan penyulingan yang tidak memakai kayu bakar. Penggunaan kayu bakar yang banyak akan memaksa masyarakat menebangi pohon di hutan. Tentu itu akan membuat ketidakseimbangan ekosistem. Salah seorang warga bercerita bahwa bisa saja banjir beberapa saat lalu yang terjadi karena pohon terus ditebangi.
Kekhawatiran yang lain adalah para petani tidak akan mendapat hasil yang maksimal dari hasil tanamnya karena pembeli sangat terbatas, sehingga mereka bisa memainkan harga. Petani tidak akan punya pilihan karena tidak memiliki pilihan pasar yang lain.
Selain itu, pengalihan lahan dari tanaman kakao, kopi, bahkan sawah akan sangat berpengaruh terhadap penurunan produksi tanaman lainnya. Padahal, semua tanaman tersebut merupakan tanaman potensi di Kabupaten Mamasa dan sempat menjadi komoditas utama petani.
Oleh sebab itu, kekhawatiran ini harus segera dicarikan solusi. Pemerintah diharapkan proaktif untuk memberikan sosialisasi terbaik untuk kelangsungan pertanian. Tidak hanya melihat dari keuntungan besar “sementara” yang bisa dilihat. Bukan berarti pertanian nilam dibatasi tetapi harus diarahkan agar tidak merusak ekosistem dan tidak menggusur potensi pertanian lainnya.

Bagikan:

Berita Terbaru

Berita Terbaru

Logo

Desa Lakahang Utama

Kecamatan Tabulahan

Kabupaten Mamasa

Provinsi Sulawesi Barat

© 2025 Powered by PT Digital Desa Indonesia